Rabu, 16 September 2009

SIWAK DAN KEUTAMAANYA

Posted on 28 Oktober, 2007 by artikelislami
Rosululloh Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siwak merupakan kebersihan bagi mulut dan keridhoan bagi Robb”. (HR. Ahmad)
Siwak bermakna suatu kayu yang dipakai untuk menggosok gigi. Siwak adalah suatu perkara yang disyari’atkan, yaitu dengan menggunakan batang atau semisalnya, yang dipakai untuk membersihkan gigi dan gusi dari kekuning-kuningan dan bau
Bersiwak adalah termasuk dari bagian dari sunnah para Rasul, sebagaimana hadits dari Abu Ayyub ra:
“Ada empat hal yang termasuk dari sunnah para Rasul; Memakai minyak wangi, menikah, bersiwak dan malu.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Siwak memiliki beberapa faedah yang sangat besar, diantaranya yang paling besar adalah yang telah dianjurkan oleh hadits :
“Siwak itu pembersih mulut dan diridhai Allah.” (HR. Ahmad)
Bersiwak adalah dengan menggunakan batang yang lembut dari pohon arok, zaitun, urjun atau yang semisalnya yang tidak menyakiti atau melukai mulut.
Waktu-Waktu Disunnahkannya Bersiwak
Bersiwak disunnahkan disetiap saat, bahkan ketika berpuasa disepanjang harinya, dan menjadi sunnah muakadah pada waktu akan beribadah. Adapun waktu-waktu yang disunnahkan secara muakkad untuk bersiwak diantaranya:
1) Setiap akan Berwudhu.
“Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan wudlu”. (HR. Bukhori dan Muslim)
2) Setiap akan melakukan shalat.
“Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan sholat”. (HR. Bukhori dan Muslim)
3) Setiap Bangun Tidur.
“Adalah Rosululloh jika bangun dari malam dia mencuci dan menggosok mulutnya dengan siwak”. (HR. Bukhori)
Termasuk tanda kecintaan Nabi Shallallahu ‘aihi wa sallam kepada kebersihan dan ketidak sukaannya terhadap bau tidak enak, tatkala bangun dari tidur malam yang panjang, yang mana saat itu di mungkinkan bau mulut sudah berubah, maka beliau menggosok giginya dengan siwak untuk menghilangkan bau tidak sedap, dan untuk menambah semangat setelah bangun tidur, karena termasuk kelebihan siwak adalah menambah daya ingat dan semangat.
4) Setiap akan Masuk Rumah.
Telah meriwayatkan Syuraih bin Hani, beliau berkata: ”Aku bertanya kepada ‘Aisyah: “Apa yang dilakukan pertama kali oleh Rosululloh jika dia memasuki rumahnya?” Beliau menjawab :”Bersiwak”. (HR. Muslim)
5) Ketika hendak membaca Al Qur’an.
Dari Ali ra. berkata : “Rasulullah memerintahkan kami bersiwak. Sesungguhnya seorang hamba apabila berdiri sholat malaikat mendatanginya kemudian berdiri dibelakangnya mendengar bacaan Al Qur’an dan ia mendekat. Maka ia terus mendengar dan mendekat sampai ia meletakkan mulutnya diatas mulut hamba itu, sehingga tidaklah dia membaca satu ayatpun kecuali berada dirongganya malaikat” (HR. Baihaqy)
Cara Bersiwak
Cara bersiwak tidak ada ikhtilaf antara ulama, bahwa didalam kitab Syama’il Imam Tirmidzi, dalam hadist Rasul saw, bahwa Rasul saw bersiwak dg kayu araak, dan memulainya dari pertengahan, lalu kearah kanan lalu kekiri, demikian diulangi. sebanyak 3 X.
Imam Ghazali rahimahullah melengkapi caranya, yaitu meletakkan siwak di jajaran gigi tengah bagian atas, lalu mendorongnya kearah kanan sampai keujungnya,
lalu turunkan ke jajaran bawah kanan ujung,
lalu mendorongnya kembali ketengah jajaran bawah,
lalu kembali naik ke tengah jajaran atas,
lalu mendorongnya ke arah kiri sampai ujungnya,
lalu turunkan ke jajaran bawah kiri ujung,
dan mendorongnya lagi ke tengah di jajaran bawah.
Untuk mudahnya, anggaplah anda menulis angka delapan yg rebah. Demikian ini untuk perhitungan 1X. lalu mengulanginya sampai 3X. Inilah cara terbaik. Namun cara apapun juga sudah mendapatkan pahala sunnah.
Sulitkah? Jangan lupa, satu kali anda bertasbih kepada Allah dengan diawali siwak, maka dihitung 70X bertasbih. Shalat dengan diawali siwak, akan terhitung 70X shalat. Dua rakaat shalat tahajjud diawali dengan siwak, maka dihitung 140 rakaat tahajjud. Hebat bukan? Maha Suci Sang Maha Dermawan menempatkan curahan kedermawanannya pada segala hal.(Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa)
Siwak Menurut Medis
Dari penelitian menunjukkan bahwa kayu siwak (Salvadora persica) mengandung bahan-bahan kimiawi yang bermanfaat untuk menekan aktivitas mikrobial dan menghambat pertumbuhannya. Penelitian daya hambat kayu siwak (Salvadora persica) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans yang patogen terhadap mulut, dapat menunjukkan kemampuan kayu siwak sebagai salah satu alternatif zat antibakterial yang memang seharusnya dikembangkan sebagai komoditas oral cleaner device (alat pembersih mulut) yang higinis dan efektif dalam mencegah periodontal disease. Penelitian terhadap Staphylococcus aureus yang merupakan patogen pada saluran pernapasan, kulit dan luka dapat pula menunjukkan bahwa kayu siwak bukan hanya efektif sebagai komponen antibakterial mulut, namun juga efektif sebagai antibakterial yang memiliki spektrum lebih luas. (Penelitian ini dikembangkan oleh Mahasiswa Biologi FMIPA ITS)
Tujuh Puluh Kali Lipat
Keutamaan shalat dengan memakai siwak itu, sebanding dengan 70 kali shalat dengan tidak memakai siwak. (HR. Ahmad)
Bayangkan, di suatu Shubuh Anda keluar menuju masjid. Lalu Anda shalat Shubuh berjama’ah dengan bersiwak terlebih dahulu. Kita tahu bahwa shalat Shubuh berjama’ah pahalanya sama dengan pahala shalat sunnah sepanjang satu malam penuh. Jika didahului dengan bersiwak, maka shalat Shubuh berjama’ah kita akan berpahala seperti pahala shalat sunnah 70 malam penuh. Sedangkan shalat Isya berjama’ah tanpa bersiwak sama pahalanya dengan pahala shalat sunnah setengah malam. Bagaimana pula jika dengan didahului bersiwak? Dan bagaimana dengan shalat-shalat lain yang didahului dengan bersiwak? Tentu kita akan meraih pahala yang sangat besar dengan bersiwak.
Jika Anda pergi ke Masjid untuk shalat berjama’ah di zaman ini, mungkin Anda melihat sedikit sekali di antara jama’ah yang bersiwak sebelum shalat. Maka ketika Anda bersiwak sebelum shalat di zaman ini, berarti Anda telah menghidupkan kembali sunnah Rasul SAW. Dan pahalanya itu seperti pahala syuhada. Setidaknya Anda akan mendapat pahala seperti orang-orang yang mengikuti Anda dalam bersiwak, tanpa mengurangi pahala orang tersebut.

Keajaiban dalam Sunnah Nabi

Abu Salma M. Rachdie P., S.Si

Sejarah Penggunaan Siwak (Salvadora persica)
Penggunaan alat-alat kebersihan mulut telah dimulai semenjak berabad-abad lalu. Manusia terdahulu menggunakan alat-alat kebersihan yang bermacam-macam seiring dengan perkembangan sosial, teknologi dan budaya. Beraneka ragam peralatan sederhana dipergunakan untuk membersihkan mulut mereka dari sisa-sisa makanan, mulai dari tusuk gigi, batang kayu, ranting pohon, kain, bulu burung, tulang hewan hingga duri landak. Diantara peralatan tradisional yang mereka gunakan dalam membersihkan mulut dan gigi adalah kayu siwak atau chewing stick. Kayu ini walaupun tradisional, merupakan langkah pertama transisi/peralihan kepada sikat gigi modern dan merupakan alat pembersih mulut terbaik hingga saat ini.
Miswak (Chewing Stick) telah digunakan oleh orang Babilonia semenjak 7000 tahun yang lalu, yang mana kemudian digunakan pula di zaman kerajaan Yunani dan Romawi, oleh orang-orang Yahudi, Mesir dan masyarakat kerajaan Islam. Siwak memiliki nama-nama lain di setiap komunitas, seperti misalnya di Timur Tengah disebut dengan miswak, siwak atau arak, di Tanzania disebut miswak, dan di Pakistan dan India disebut dengan datan atau miswak. Penggunaan chewing stick (kayu kunyah) berasal dari tanaman yang berbeda-beda pada setiap negeri. Di Timur Tengah, sumber utama yang sering digunakan adalah pohon Arak (Salvadora persica), di Afrika Barat yang digunakan adalah pohon limun (Citrus aurantifolia) dan pohon jeruk (Citrus sinesis). Akar tanaman Senna (Cassiva vinea) digunakan oleh orang Amerika berkulit hitam, Laburnum Afrika (Cassia sieberianba) digunakan di Sierre Leone serta Neem (Azadirachta indica) digunakan secara meluas di benua India.
Meskipun siwak sebelumnya telah digunakan dalam berbagai macam kultur dan budaya di seluruh dunia, namun pengaruh penyebaran agama Islam dan penerapannya untuk membersihkan gigi yang paling berpengaruh. Istilah siwak sendiri pada kenyatannya telah umum dipakai selama masa kenabian Nabi Muhammad yang memulai misinya sekitar 543 M. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Seandainya tidak memberatkan ummatku niscaya akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan sholat (dalam riwayat lain : setiap akan berwudhu’).” Nabi memandang kesehatan dan kebersihan mulut adalah penting, sehingga beliau senantiasa menganjurkan pada isterinya untuk selalu menyiapkan siwak untuknya hingga akhir hayatnya.
Siwak terus digunakan hampir di seluruh bagian Timur Tengah, Pakistan, Nepal, India, Afrika dan Malaysia, khususnya di daerah pedalaman. Sebagian besar mereka menggunakannya karena faktor religi, budaya dan sosial. Ummat Islam di Timur Tengah dan sekitarnya menggunakan siwak minimal 5 kali sehari disamping juga mereka menggunakan sikat gigi biasa. Penelitian yang dilakukan oleh Erwin dan Lewis (1989) menyatakan bahwa pengguna siwak memiliki relativitas yang rendah dijangkiti kerusakan dan penyakit gigi meskipun mereka mengkonsumsi bahan makanan yang kaya akan karbohidrat.

Morfologi dan Habitat Tanaman Siwak
Siwak atau Miswak, merupakan bagian dari batang, akar atau ranting tumbuhan Salvadora persica yang kebanyakan tumbuh di daerah Timur Tengah, Asia dan Afrika. Siwak berbentuk batang yang diambil dari akar dan ranting tanaman arak (Salvadora persica) yang berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon arak adalah pohon yang kecil seperti belukar dengan batang yang bercabang-cabang, berdiameter lebih dari 1 kaki. Jika kulitnya dikelupas berwarna agak keputihan dan memiliki banyak juntaian serat. Akarnya berwarna cokelat dan bagian dalamnya berwarna putih. Aromanya seperti seledri dan rasanya agak pedas.
Siwak berfungsi mengikis dan membersihkan bagian dalam mulut. Kata siwak sendiri berasal dari bahasa arab ‘yudlik’ yang artinya adalah memijat (massage). Siwak lebih dari sekedar sikat gigi biasa, karena selain memiliki serat batang yang elastis dan tidak merusak gigi walaupun di bawah tekanan yang keras, siwak juga memiliki kandungan alami antimikrobial dan antidecay system (sistem antipembusuk). Batang siwak yang berdiameter kecil, memiliki kemampuan fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke daerah mulut secara tepat dan dapat mengikis plak pada gigi. Siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan gusi.

Kandungan Kimia Batang Kayu Siwak
Al-Lafi dan Ababneh (1995) melakukan penelitian terhadap kayu siwak dan melaporkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri, mengikis plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, meliputi :
• Antibacterial Acids, seperti astringents, abrasive dan detergent yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi, menghentikan pendarahan pada gusi. Penggunaan kayu siwak yang segar pertama kali, akan terasa agak pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard yang merupakan substansi antibacterial acid tersebut.
• Kandungan kimiawi seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluorida, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimetilamin, Salvadorin, Tannin dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.
• Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, yang dapat menyegarkan mulut dan menghilangkan bau tidak sedap.
• Enzim yang mencegah pembentukan plak yang merupakan penyebab radang gusi dan penyebab utama tanggalnya gigi secara prematur.
• Anti Decay Agent (Zat anti pembusukan) dan Antigermal System, yang bertindak seperti Penicilin menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah terjadinya proses pembusukan. Siwak juga turut merangsang produksi saliva, dimana saliva sendiri merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.
Menurut laporan Lewis (1982), penelitian kimiawi terhadap tanaman ini telah dilakukan semenjak abad ke-19, dan ditemukan sejumlah besar klorida, fluor, trimetilamin dan resin. Kemudian dari hasil penelitian Farooqi dan Srivastava (1990) ditemukan silika, sulfur dan vitamin C. Kandungan kimia tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan gigi dan mulut dimana trimetilamin dan vitamin C membantu penyembuhan dan perbaikan jaringan gusi. Klorida bermanfaat untuk menghilangkan noda pada gigi, sedangkan silika dapat bereaksi sebagai penggosok. Kemudian keberadaan sulfur dikenal dengan rasa hangat dan baunya yang khas, adapun fluorida berguna bagi kesehatan gigi sebagai pencegah terjadinya karies dengan memperkuat lapisan email dan mengurangi larutnya terhadap asam yang dihasilkan oleh bakteri.

Siwak sebagai zat antibakterial
El-Mostehy dkk (1998) melaporkan bahwa tanaman siwak mengandung zat-zat antibakterial. Darout et al. (2000) Melaporkan bahwa antimikrobial dan efek pembersih pada miswak telah ditunjukkan oleh variasi kandungan kimiawi yang dapat terdeteksi pada ekstraknya. Efek ini dipercaya berhubungan dengan tingginya kandungan Sodium Klorida dan Pottasium Klorida seperti salvadourea dan salvadorine, saponin, tannin, vitamin C, silika dan resin, juga cyanogenic glycoside dan benzylsothio-cyanate. Hal ini dilaporkan bahwa komponen anionik alami terdapat pada spesies tanaman ini yang mengandung agen antimikrobial yang melawan beberapa bakteri. Nitrat (NO3-) dilaporkan mempengaruhi transportasi aktif porline pada Escherichia coli seperti juga pada aldosa dari E. coli dan Streptococcus faecalis. Nitrat juga mempengaruhi transport aktif oksidasi fosforilasi dan pengambilan oksigen oleh Pseudomonas aeruginosa dan Stapyhylococcus aureus sehingga terhambat.
Menurut hasil penelitian Gazi et al. (1987) ekstrak kasar batang kayu siwak pada pasta gigi yang dijadikan cairan kumur, dikaji sifat-sifat antiplaknya dan efeknya terhadap komposisi bakteri yang menyusun plak dan menyebabkan penurunan bakteri gram negatif batang.
Penyusun (2005) di dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Serbuk Kayu Siwak (Salvadora persica) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans Dan Staphylococcus aureus Dengan Metode Difusi Lempeng Agar” menemukan bahwa ekstrak serbuk kayu siwak bersifat antibakterial sedang terhadap bakteri S. mutans dan S. aureus.

Siwak sebagai “oral cleaner device” (alat pembersih mulut)
Siwak sangat efektif sebagai alat pembersih mulut. Almas (2002) meneliti perbandingan pengaruh antara ekstrak siwak dengan Chlorhexidine Gluconate (CHX) yang sering digunakan sebagai cairan kumur (mouthwash) dan zat anti plak pada dentin manusia dengan SEM (Scanning Electron Microscopy). Almas melaporkan bahwa 50% ekstrak siwak dan CHX 0,2% memiliki efek yang sama pada dentin manusia, namun ekstrak siwak lebih banyak menghilangkan lapisan noda-noda (Smear layer) pada dentin.
Sebuah penelitian tentang Periodontal Treatment (Perawatan gigi secara berkala) dengan mengambil sampel terhadap 480 orang dewasa berusia 35-65 tahun di kota Makkah dan Jeddah oleh para peneliti dari King Abdul Aziz University Jeddah, menunjukkan bahwa Periodontal Treatment untuk masyarakat Makkah dan Jeddah adalah lebih rendah daripada treatment yang harus diberikan kepada masyarakat di negara lain, hal ini mengindikasikan rendahnya kebutuhan masyarakat Makkah dan Jeddah terhadap Periodontal Treatment.
Penelitian lain dengan menjadikan serbuk (powder) siwak sebagai bahan tambahan pada pasta gigi dibandingkan dengan penggunaan pasta gigi tanpa campuran serbuk siwak menunjukkan bahwa prosentase hasil terbaik bagi kesehatan gigi secara sempurna adalah dengan menggunakan pasta gigi dengan butiran-butiran serbuk siwak, karena butiran-butiran serbuk siwak tersebut mampu menjangkau sela-sela gigi secara sempurna dan mengeluarkan sisa-sisa makanan yang masih bersarang pada sela-sela gigi. Hal ini yang mendorong perusahaan-perusahaan pasta gigi di dunia menyertakan serbuk siwak ke dalam produk pasta gigi mereka. WHO (World Health Organization) turut menjadikan siwak sebagai salah satu komoditas kesehatan yang perlu dipelihara dan dibudidayakan.
MediaMuslim.Info – Siwak adalah nama untuk dahan atau akar pohon yang digunakan untuk bersiwak. Oleh karena itu semua dahan atau akar pohon apa saja boleh kita gunakan untuk bersiwak jika memenuhi persyaratannya, yaitu lembut, sehingga batang atau akar kayu yang keras tidak boleh digunakan untuk bersiwak karena bisa merusak gusi dan email gigi; bisa membersihkan dan berserat serta bersifat basah, sehingga akar atau batang yang tidak ada seratnya tidak bisa digunakan untuk bersiwak; seratnya tersebut tidak berjatuhan ketika digunakan untuk bersiwak sehingga bisa mengotori mulut. (syarhul mumti’ 1/118)
Sebagian ulama berpendapat tidaklah dikatakan bersiwak dengan sikat gigi adalah sunnah Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam, karena siwak berbeda dengan sikat gigi. Siwak memiliki banyak kelebihan dibandingkan sikat gigi. Namun pendapat yang benar bahwasanya jika tidak terdapat akar atau dahan pohon untuk bersiwak maka boleh kita bersiwak dengan menggunakan sikat gigi biasa karena illah (sebab) disyariatkannya siwak adalah untuk membersihkan gigi. Bahkan Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam pernah besiwak dengan jarinya ketika berwudhu, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ali bahwasanya Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam, yang artinya: ”Beliau memasukkan jarinya (ke dalam mulutnya-pent) ketika berwudlu dan menggerak-gerakkannya” (Hr: Ahmad dalam musnadnya 1/158. Berkata Al-Hafizh dalam talkhis 1/70 setelah beliau membawakan hadits-hadits tentang siwak dengan jari yaitu dari hadits Anas dan Aisyah dan selain keduanya: ”Dan hadits yang paling shohih tentang siwak dengan jari adalah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari hadits Ali bin Abi Tolib”.) (Syarhul mumti’ 1/118-119)
Dan bersiwak dengan menggunakan akar atau dahan pohon adalah lebih baik dan lebih mengikuti sunnah Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam karena memiliki faedah yang banyak dan bisa digunakan setiap saat serta bisa dibawa kemana-mana. Namun anehnya banyak kaum muslimin yang merasa tidak senang jika melihat orang yang bersiwak dengan akar atau dahan pohon, padahal tidak diragukan lagi akan kesunnahannya. Mereka memandang orang yang bersiwak dengan akar kayu dengan pandangan sinis atau pandangan mengejek. Apakah mereka membenci sunnah yang sering dilakukan dan dicintai oleh Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam bahkan ketika akhir hayat beliau? Tidak cukup hanya dengan membenci, merekapun memberikan olok-olokan yang tidak layak sampai-sampai mereka mengatakan orang yang bersiwak adalah orang yang jorok.

Khasiat Siwak

Banyak hadits yang meriwayatkan tentang siwak dan anjuran untuk menggunakannya. Diantaranya hadits berikut ini; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Siwak adalah pembersih mulut dan sebab ridhanya Rabb". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Diriwayatkan dari Hudzaifah ra., dia berkata, "Nabi Saw selalu menggosok giginya dengan siwak setiap bangun dari tidur malam hari (HR Bukhari
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersiwak dalam waktu puasa dan tidak, pada waktu wudhu, ketika akan sholat atau memasuki rumah. Beliau bersiwak dengan kayu(dahan ) Araak. Bila tidur, siwak itu diletakkan di dekat kepalanya, dan jika bangun tidur beliau mulai bersiwak.

Dalam kitab Ath-Thubbun Nabawi (Medis Nabawi) yang disusun oleh Ibnul Qoyyim dijelaskan manfaat siwak antara lain :
- membersihkan mulut,
- membersihkan gusi,
- mencegah pendarahan
- menguatkan penglihatan
- mencegah gigi berlubang
- menyehatkan pencernaan
- menjernihkan suara
- membantu pencernaan makanan
- memperlancar saluran nafas (bicara)
- menggiatkan bacaan
- menahan tidur
- meridhokan Allah Ta’ala
- dikagumi malaikat


Penelitian terbaru terhadap kayu siwak menunjukkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh bakteri, menghilangkan plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi.

Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, seperti :
- Antibacterial acids, seperti astringents, abrasive dan detergents yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan pada gusi. Pada penggunaan siwak pertama kali, mungkin terasa pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard di dalamnya yang merupakan substansi antibacterial acids tersebut.
- Kandungan kimia seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluoride, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimethyl amine, Salvadorine, Tannins dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.
- Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, menjadikan mulut menjadi harum dan menghilangkan bau tak sedap.
- Enzim yang mencegah pembentukan plaque yang menyebabkan radang gusi. Plaque juga merupakan penyebab utama tanggalnya gigi secara premature.
- Anti decay agent (Zat anti pembusukan), yang menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah proses pembusukan. Selain itu siwak juga turut merangsang produksi saliva (air liur) lebih, dimana saliva merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.

Sebuah penelitian terbaru tentang ‘Periodontal Treatment’ (Perawatan gigi secara periodik/berkala) dengan mengambil sample terhadap 480 orang dewasa berusia 35-65 tahun di kota Makkah dan Jeddah oleh para ilmuwan dari King Abdul Aziz University, Jeddah, menunjukkan bahwa Periodontal treatement untuk masyarakat Makkah dan Jeddah adalah lebih rendah daripada studi yang dilakukan terhadap negara-negara lain, hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan siwak berhubungan sangat erat terhadap rendahnya kebutuhan masyarakat Makkah dan Jeddah terhadap ‘Periodontal Treatment’.

Penelitian lain dengan menjadikan bubuk siwak sebagai bahan tambahan pada pasta gigi dibandingkan dengan penggunaan pasta gigi tanpa campuran bubuk siwak menunjukkan bahwa prosentase hasil terbaik bagi kebersihan gigi secara sempurna adalah pasta gigi dengan butiran-butiran bubuk siwak, karena butiran-butioran tersebut mampu menjangkau sela-sela gigi secara sempurna dan mengeluarkan sisa-sisa makanan yang masih bersarang pada sela-sela gigi. Sehingga banyak perusahaanperusahaan di dunia menyertakan bubuk siwak ke dalam produk pasta gigi mereka. WHO pun turut menjadikan siwak termasuk komoditas kesehatan yang perlu dipelihara dan dibudidayakan. Mari kita budayakan hidup sehat dengan bersiwak…!!!
Sudah ada penelitian tentang siwak pada gigi. Mineral yang terdapat di dalam siwak seperti Natrium Klorida, Kalium, Sodium Bikarbonat dan Kalsium Oksida juga berfungsi membersihkan gigi. Bau harum dan rasanya yang enak, timbul dari minyak alamiah berjumlah 1% dari seluruh komposisi. Selain itu di dalam siwak juga terdapat enzim yang mecegah penyakit gusi. Komposisi alamiah yang terdapat pada siwak, ditiru dengan menambahkan zat-zat seperti yang terdapat pada siwak, pada pasta gigi buatan. Penelitian lain menyebutkan bahwa siwak berasal dari pohon Salvadore Persica yang tumbuh di sekitar kota Mekah dan Timur Tengah, jarang mempunyai diameter lebih dari satu kaki. Siwak memiliki kandungan antara lain; trimetil amine, klorida, fluorida dan silika. Karena khasiatnya yang baik, bahan ini juga dibuat dalam bentuk serbuk dan digunakan dengan sikat gigi biasa

Sebuah majalah Jerman memuat tulisan ilmuwan yang bernama Rudat, direktur Institut Perkumanan Universitas Rostock. Dalam tulisannya itu ia berkata, "Setelah saya membaca tentang siwak yang biasa digunakan Bangsa Arab sebagai sikat gigi, sejak saat itu pula saya mulai melakukan pengkajian. Penelitian ilmiah modern mengukuhkan, bahwa siwak mengandung zat yang melawan pembusukan, zat pembersih yang membantu membunuh kuman, memutihkan gigi, melindungi gigi dari kerapuhan, bekerja membantu merekatkan luka gusi dan pertumbuhannya secara sehat, dan melindungi mulut serta gigi dari berbagai penyakit. Sebagaimana telah terbukti bahwa siwak memiliki manfaat mencegah kanker." (berbagai sumber/arnab)
SIWAK : Si Kayu Ajaib
« pada: Januari 13, 2007, 07:03:34 pm »
________________________________________
SubhanaLlah, Maha suci Allah… sungguh indah dan sempurna agama yang diturunkan-Nya, sungguh mulia hukum-hukum yang disyariatkan-Nya, karena tak ada satupun dari apa-apa yang diturunkan-Nya dan apa-apa yang diciptakan-Nya kecuali pasti ada manfaat dan hikmahnya. Kesempurnaan islam ini benar-benar tiada bandingannya oleh agama-agama selainnya. Diantara kesempurnaan Islam adalah syariat bagi ummatnya untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, seperti kewajiban istinja’ setelah buang air, mandi janabat setelah junub, bahkan banyak sekali hikmah-hikmah syariat yang tersingkap dalam ajaran islam yang telah dibuktikan oleh sains modern, seperti khasiat madu, habbatus sawda’ (jinten hitam), minyak zaitun hingga ‘si kayu ajaib’ siwak yang bermanfaat bagi kesehatan gigi dan gusi. Mari kita kupas apa manfaat kayu siwak ini bagi kesehatan gigi…

Sejak zaman dahulu, manusia telah mengenal beberapa variasi teknik dalam membersihkan gigi. Mulai dari bulu ayam, duri landak, tulang hingga kayu dan ranting-ranting digunakan sebagai alat pembersih gigi. Masyarakat arab sebelum kedatangan islam, menggunakan akar dan ranting kayu dari pohon arak (Salvadora persica) yang hanya dapat tumbuh
di daerah asia tengah dan afrika, yang belakangan diketahui sebagai alat pembersih gigi terbaik hingga saat ini. Setelah kedatangan islam, RasuluLlah menetapkan penggunaan siwak sebagai sunnah beliau yang sangat dianjurkan, bahkan beliau bersabda : “Seandainya tidak memberatkan ummatku, maka aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan wudhu” (Muttafaq ‘alaihi). Hal ini menunjukkan bahwa RasuluLlah adalah orang pertama yang mendidik manusia dalam memelihara kesehatan gigi.

Siwak berbentuk batang, diambil dari akar dan ranting segar tanaman arak (Salvadora persica) yang berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon Arak adalah pohon yang kecil, seperti belukar dengan batang yang bercabang-cabang, diameternya lebih dari 1 kaki, jika kulitnya dikelupas warnanya agak keputihan dan memiliki banyak juntaian serat. Akarnya berwarna coklat dan bagian dalamnya berwarna putih, aromanya seperti seledri dan rasanya agak sedikit pedas.

Siwak berfungsi mengikis dan membersihkan bagian dalam mulut. Kata siwak diambil dari kata arab ‘yudlik’ yang artinya adalah ‘memijat’ (yakni memijat bagian dalam mulut). Jadi siwak lebih dari hanya sekedar sikat gigi biasa. Selain itu, batang siwak memiliki serat batang yang elastis dan tidak merusak gigi walau dibawah tekanan yang keras, bahkan batang siwak yang berdiameter kecil, memiliki kemampuan fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke daerah mulut secara pas untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan dari sela-sela gigi dan menghilangkan plaque. Siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan gusi.

Perlu diketahui, bahwa sisa-sisa makanan yang ada pada sela-sela gigi, menjadikan lingkungan mulut sangat baik untuk aktivitas pembusukan yang dilakukan oleh berjuta-juta bakteri yang dapat menyebabkan gigi berlubang, gusi berdarah dan munculnya kista. Selain itu, bakteri juga menghasilkan enzim perusak yang ‘memakan’ kalsium gigi sehingga menyebabkan gigi menjadi keropos dan berlubang. Bahkan, pada beberapa keadaan bakteri juga menghasilkan gas sisa aktivitas pembusukan yang menyebabkan bau mulut menjadi tak sedap.

Penelitian terbaru terhadap kayu siwak menunjukkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh bakteri, menghilangkan plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi.

Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, seperti :
- Antibacterial acids, seperti astringents, abrasive dan detergents yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan pada gusi. Pada penggunaan siwak pertama kali, mungkin terasa pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard di dalamnya yang merupakan substansi antibacterial acids tersebut.

- Kandungan kimia seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluoride, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimethyl amine, Salvadorine, Tannins dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.

- Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, menjadikan mulut menjadi harum dan menghilangkan bau tak sedap.

- Enzim yang mencegah pembentukan plaque yang menyebabkan radang gusi. Plaque juga merupakan penyebab utama tanggalnya gigi secara premature.

- Anti decay agent (Zat anti pembusukan), yang menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah proses pembusukan. Selain itu siwak juga turut merangsang produksi saliva (air liur) lebih, dimana saliva merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.

Sebuah penelitian terbaru tentang ‘Periodontal Treatment’ (Perawatan gigi secara periodik/berkala) dengan mengambil sample terhadap 480 orang dewasa berusia 35-65 tahun di kota Makkah dan Jeddah oleh para ilmuwan dari King Abdul Aziz University, Jeddah, menunjukkan bahwa Periodontal treatement untuk masyarakat Makkah dan Jeddah adalah lebih rendah daripada studi yang dilakukan terhadap negara-negara lain, hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan siwak berhubungan sangat erat terhadap rendahnya kebutuhan masyarakat Makkah dan Jeddah terhadap ‘Periodontal Treatment’.

Penelitian lain dengan menjadikan bubuk siwak sebagai bahan tambahan pada pasta gigi dibandingkan dengan penggunaan pasta gigi tanpa campuran bubuk siwak menunjukkan bahwa prosentase hasil terbaik bagi kebersihan gigi secara sempurna adalah pasta gigi dengan butiran-butiran bubuk siwak, karena butiran-butioran tersebut mampu menjangkau sela-sela gigi secara sempurna dan mengeluarkan sisa-sisa makanan yang masih bersarang pada sela-sela gigi. Sehingga banyak perusahaanperusahaan di dunia menyertakan bubuk siwak ke dalam produk pasta gigi mereka. WHO pun turut menjadikan siwak termasuk komoditas kesehatan yang perlu dipelihara dan dibudidayakan. Mari kita budayakan hidup sehat dengan bersiwak…!!! (Ibnu Burhan)


Daftar Pustaka :
- Al-Mostehy, DR M. Ragaii, and friends, journal of SIWAK AS AN ORAL HEALTH DEVICE, Kuwait, 1991.
- K.,Almas, abstract journal of THE EFFECT OF SALVADORA PERSICA EXTRACT (MISWAK) AND CHLOREXIDINE GLUCONATE ON HUMAN DENTIN, Department of Preventive Dental Sciences, King Saud University College of Dentistry, Riyadh, Kingdom of Saudi Arabia, 1995.
- Lafi,T. and Ababneh,H. abstract journal of THE EFFECT OF THE EXTRACT OF THE MISWAK (CHEWING STICK) USED IN JORDAN AND THE MIDDLE EAST ON ORAL BACTERIA, Department of Periodontology, University of Wales College of Medicine Dental School, Carddiff, United Kingdom, 1995.
- Hardie,J. and Ahmed,K. abstract journal of THE MISWAK AS AN AID IN ORAL HYGIENE, J. Philipp Dental Association, 1995.
- Al-Khateeb,TL and friends, abstract journal of PERIODONTAL TREATMENT NEEDS AMONG SAUDI ARABIAN ADULTS AND THEIR RELATIONSHIP TO THE USE OF MISWAK, King Abdul Aziz University, Jeddah, Kingdom of Saudi Arabia, 1991
7 Khasiat Penting Menyikat Gigi dengan Siwak atau Miswak
Kamis, Juni 25, 2009 di 08:44 Oleh admin

Anda pernah melihat orang yang menyikat gigi tidak dengan sikat gigi, tetapi dengan menggunakan “kayu” dari ranting pohon. Mungkin bagi anda yang muslim pernah melihat saudara anda sesama muslim yang lain menyikat gigi dengan “kayu” dari ranting pohon tersebut.

Kayu dari ranting pohon tersebut biasa disebut siwak atau miswak. Siwak atau miswak dikenal dengan nama ilmiah (Salvadora Persica). Kayu ini biasa digunakan untuk menggantikan fungsi sikat gigi dan pasta gigi. Jika melongok ke dunia barat siwak atau miswak adalah suatu yang asing, tidak biasa dan mungkin saja “aneh”. Namun sebaliknya jika anda berkunjung ke negara-negara muslim.

Mayoritas orang-orang di negara-negara muslim menggunakannya utuk menyikat gigi sehari-hari. Walaupun mungkin kedengarannya kuno menggunakan kayu dari ranting dari pohon untuk membersihkan gigi anda, studi yang dilakukan pada siwak atau miswak membuktikan sebaliknya. Pasta gigi siwak atau miswak lebih baik digunakan untuk mencegah penyakit gusi.

Awal penggunaan siwak
Hal yang menjadi pertanyaan kini adalah, mengapa orang berpikir menggunakan ranting pohon untuk membersihkan gigi mereka? Kenyataannya manusia dahulu tidak memiliki fasilitas untuk menyikat gigi. Itu jawaban yang kemudian mengantar orang-orang di zaman dahulu untuk mencari alternatif bahan pembersih gigi mereka. Anda mungkin bertanya-tanya pula darimana miswak didapatkan. Ya, miswak diperoleh dari ranting pohon Arak (pohon Peelu) meskipun beberapa pohon lainnya juga dapat digunakan seperti walnut dan zaitun.

Penggunaan Miswak tersebar di penduduk muslim di dunia, dan merupakan entitas umum di negara-negara Muslim. Alasan umum penggunaan Miswak oleh umat Islam dikaitkan dengan agama. Dimana budaya dan tradisi penggunaan siwak atau miswak telah lama terjadi di negara-negara muslim. Terdapat 70 keunggulan Miswak yang dijelaskan dalm Islam dan banyak literatur telah membuktikannya secara ilmiah.

Beberapa manfaat penting dari Miswak yaitu :
• Melawan penyakit gusi yang disebabkan oleh bakteri.
• Memerangi plak gigi secara efektif.
• Melawan karies (gigi berlubang).
• Menghilangkan bau mulut.
• Membuat aroma mulut menjadi harum.
• Secara efektif membersihkan daerah interdental (daerah di antara gigi).
• Meningkatkan sekresi (pengeluaran) ludah serta mencegah terhadap terjadinya dry mouth/xerostomia atau mulut kering.
Studi ilmiah tentang Miswak
Meskipun terdapat begitu banyak manfaat atau khasiat penggunaan siwak, sekitar 70 manfaat, namun satu manfaat utama yang harus kita lihat adalah khasiatnya terhadap kesehatan gigi dan mulut. Beberapa studi atau penelitian yang telah dilakukan terhadap khasiat siwak sebagai berikut :
• Wrigley, suatu Perusahaan yang melakukan studi tentang miswak yang dipublikasikan dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry menemukan bahwa mint dengan ekstrak dari Miswak 20 kali lebih efektif membunuh bakteri dibandingkan mint biasa.
• Sejumlah peneliti di Swedia pun, mempublikasikan penelitiannya dalam Journal of Periodontology dan menemukan bahwa siwak atau miswak ternyata mampu membunuh bakteri yang menyebabkan penyakit periodontal.
• Sebuah studi yang membandingkan toothbrushing dan menggunakan Miswak (Miswak ing!) Dapat dilihat pada Pubmed (US Perpustakaan Nasional untuk Pengobatan Service). Studi menyimpulkan bahwa Miswak lebih efektif daripada toothbrushing dalam mengurangi plak dan radang gusi yang diberikan itu digunakan secara benar.
• MAKARA, KESEHATAN, VOL. 8, NO. 2, DESEMBER 2004: 37-40
• 37
• UJI ANTIBAKTERI SIWAK (Salvadora persica Linn.) TERHADAP
• Streptococcus mutans (ATC31987) DAN Bacteroides melaninogenicus
• Zaenab1, Mardiastuti HW2, VP Anny3, B Logawa2
• 1. Jurusan Farmasi, FMIPA, Institut Sains dan Teknologi Nasional, Jakarta 12620, Indonesia
• 2. Departmen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta 10320, Indonesia
• 3. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta, Indonesia
• E-mail: mardiastutiw@yahoo.com
• Abstrak
• Penyakit gigi dengan prevalensi tinggi di Indonesia dan di beberapa negara lain ialah periodontitis dan karies, yang
• sampai kini masih merupakan masalah kesehatan. Bakteri penyebab penyakit gigi ini antara lain Streptococcus mutans
• dan Bacteroides melaninogenicus. Kedua jenis bakteri ini dapat menjalar ke organ lain dan menyebabkan penyakit yang
• berakibat fatal. Salvadora persica (pohon arak, siwak) sudah lama dipakai sebagai alat pembersih gigi di Timur Tengah,
• Afrika dan beberapa negara Asia lainnya. Pada penelitian ini dilakukan uji antibakteri ekstrak dan kristal siwak
• terhadap Streptococcus mutans dan Bacteroides melaninogenicus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah
• metode dilusi, yaitu makro dan mikro dilusi, untuk menentukan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM). Hasil KHM dari
• ekstrak siwak terhadap Streptococcus mutans sebesar 6.25%, sedangkan terhadap Bacteroides melaninogenicus 1.56%.
• Untuk KHM kristal siwak terhadap Streptococcus mutans ditemukan 12.5% dan terhadap Bacteroides melaninogenicus
• 3.12%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, daya antibakteri ekstrak dan kristal Salvadora persica lebih baik
• terhadap B. melaninogenicus dari pada daya hambat pertumbuhan terhadap S. mutans, kemungkinan B.
• melaninogenicus lebih peka terhadap siwak, atau S. mutans lebih virulen daripada B. melaninogenicus.
• Abstract
• Antibacterial Activity of Siwak (Salvadora persica Linn.) against Streptococcus mutans (ATC31987) and
• Bacteroides melaninogenicus. Dental diseases with high prevalences in Indonesia and also in some other countries are
• periodontitis and caries. Both diseases are until now still a health problem. Bacteria causing dental diseases are for
• examples Streptococcus mutans and Bacteroides melaninogenicus, which both can spread to other organs and cause
• fatal diseases. Salvadora persica (arak, siwak) has been used for a long time ago as a tool for teeth cleanser in the
• Middle East, Africa and several Asian countries. In this study, we have done antibacterial tests of the extract and crystal
• of siwak against Streptococcus mutans and Bacteroides melaninogenicus. In determining the Minimal Inhibitory
• Concentration (MIC), the macro and micro dilution methods were used. The result showed that MIC of siwaks’ extract
• against Streptococcus mutans was 6.25%, and against Bacteroides melaninogenicus 1.56%. Minimal Inhibitory
• Concentration of siwaks’ crystal against Streptococcus mutans and Bacteroides melaninogenicus was 12.5%, and 3.12%
• respectively. This study showed that the antibacterial activity of siwak’ crystal and extract were more potent against B.
• Melaninogenicus; it may be either that B. melaninogenicus was more susceptible than S. mutans or S. mutans was more
• virulent than B. melaninogenicus.
• Keywords: Siwak, Streptococcus mutans (ATC31987), Bacteroides melaninogenicu, Minimal Inhibitory
• Concentration.
• 1. Pendahuluan
• Kesehatan gigi merupakan hal yang sangat penting, bahkan sejak zaman dahulu perhatian terhadap kesehatan gigi sudah
• berlangsung di Mesir 1500 tahun SM 1. Untuk menjaga kesehatan gigi, kebersihan mulut harus dijaga, karena pada
• daerah mulut terdapat berbagai macam bakteri 2. Penyebab utama penyakit gigi yaitu plak, yang menyebabkan karies
• 38
• MAKARA, KESEHATAN, VOL. 8, NO. 2, DESEMBER 2004: 37-40
• maupun radang periodonsium 3,4. Akibat dari penyakit gigi ini tidak hanya kehilangan gigi, namun bakteri dapat
• menyebar melalui aliran darah ke organ-organ tubuh yang penting lainnya 5. Karies dan penyakit pada periodonsium
• merupakan penyakit gigi dengan prevalensi tinggi, bahkan di negara-negara maju sampai mencapai 50%. Di Indonesia,
• survei Direktorat Kesehatan Gigi tahun 1994/1995 pada anak usia 12 tahun mendapatkan angka prevalensi karies dan
• radang periodontal 74.41% dengan DMF-T (Decayed Missing, Filled-Teeth) rata-rata sebesar 2.5%. Jadi penyakit
• diatas membutuhkan penanganan yang serius 2.
• Penanganan penyakit gigi, lebih ditujukan pada tindakan pencegahan 6. Tindakan yang paling utama menjaga
• kebersihan mulut adalah mencegah terbentuknya plak 7. Tindakan pencegahan mahal dan menimbulkan dampak yang
• merugikan; contoh: penambalan menggunakan amalgam. Amalgam mengandung merkuri, dapat masuk ke aliran darah
• dan mengakibatkan menurunnya fungsi motorik 8. Oleh sebab itu pencegahan yang terbaik adalah menjaga kebersihan
• mulut yang tidak identik dengan menggosok gigi 3.
• Beberapa abad yang lalu, di Timur Tengah, Afrika dan beberapa negara Asia, pada umumnya kaum muslim telah
• menggunakan bagian tanaman yang disebut siwak. Umumnya diambil dari pohon arak (Salvadora persica) untuk
• membersihkan mulut. Siwak mudah digunakan. Dapat menyikat dengan baik, memberi busa pada mulut, meningkatkan
• air liur dan ramah lingkungan 9,10. Siwak mengandung kurang lebih 19 zat, yang dibutuhkan untuk meningkatkan
• kesehatan mulut. Kandungan siwak antara lain: bahan antiseptik, asam tanat yang bersifat astringensia dan minyak
• atsiri meningkatkan air liur 11. Menurut World Health Organization Report Series (826), siwak dapat menghilangkan
• plak tanpa menyebabkan luka pada gigi 6.
• Karies gigi sering disebabkan oleh S. mutans. Bakteri ini mampu melekat pada permukaan gigi; memproduksi enzim
• glukuronil transferase. Enzim tersebut menghasilkan glukan yang tidak larut dalam air dan berperan dalam menimbulkan
• plak dan koloni pada permukaan gigi 4,12. Sedangkan B. melaninogenicus bersifat patogen pada mulut dan infeksi gigi.
• Bakteri ini dijumpai pada retakan gigi, permukaan korona gigi, dan sebagai flora pada periodontitis lanjut 13,14.
• Penelitian ini menguji aktivitas antibakteri Salvadora persica terhadap Streptococcus mutans (S. mutans) dan
• Bacteroides melaninogenicus (B. melaninogenicus), bakteri penyebab karies dan periodontitis.
• 2. Metode Penelitian
• Pembuatan ekstrak siwak dengan cara perkolasi. Cairan penyari etanol 70% 15. Pemisahan kristal dengan
• menambahkan etanol 95% dan sedikit air pada ekstrak kental. Ekstrak yang diperoleh diletakkan diatas kertas saring
• sambil ditetesi etanol 95 %. Diamkan hingga diperoleh kristal murni. Ekstrak dan kristal siwak diuji sterilitasnya
• dengan menggunakan medium tioglikolat.
• Sebelum dilakukan penelitian, dilakukan identifikasi ulang bakteri yang akan digunakan. Identifikasi meliputi uji
• biokimia. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak siwak dengan metode makrodilusi dan kristal siwak dengan uji
• mikrodilusi. Dilakukan secara duplo untuk menentukan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) 16.
• Uji Makrodilusi (ekstrak)
• Bakteri dibiakkan pada medium agar brucella, 37oC, secara anaerob, selama 24 jam.
• Disiapkan BHI (Brain Heart Infusion) untuk B. melaninogenicus, BHI + ekstrak ragi untuk S. mutans., 8 buah tabung
• diisi 1ml BHI (BHI+ekstra ragi). Dibuat duplo. Ekstrak 100% (1 g/ml) diencerkan dua kali. Isi tabung pertama sampai
• tabung ke-7 dengan ekstrak yang telah diencerkan, tabung ke 8 sebagai kontrol (tanpa ekstrak siwak). Bakteri yang telah
• tumbuh pada agar brucella, secara anaerob, digunakan sebagai inokulum standar Mc Farland 0.5. Satu milliliter
• suspensi ditambah 9 ml BHI (BHI+ekstrak ragi) dikocok. Ambil 50 ul suspensi bakteri masukkan ke tiap tabung.
• Inkubasi pada 37oC, anaerob selama 48 jam. Dilakukan pengamatan kekeruhan untuk menentukan KHM. Sebagai
• konfirmasi, dari masing-masing tabung ditanam pada agar brucella (B. melaninogenicus) dan agar mitis-salivarius (S.
• mutans) 16-17. Percobaan diulang sebanyak tiga kali.
• 39
• MAKARA, KESEHATAN, VOL. 8, NO. 2, DESEMBER 2004: 37-40
• Uji Mikrodilusi (kristal)
• Uji mikrodilusi dilakukan dengan microplate. Konsentrasi yang digunakan mulai dari 25% (0.25g/ml). Pembuatan
• stok dengan melarutkan kristal dalam 3 ml akuades, saring dengan membrane filter, tampung dalam botol steril. Lubang
• pertama sampai ke-6 diisi dengan 100 ul BHI (BHI+ekstrak ragi). Lubang ke dua sampai ke 6 diisi dengan 100 ul stok
• kristal siwak. Lubang ke-7 sebagai kontrol tanpa kristal siwak. Dilakukan pengenceran 2 kali. Dimasukkan 50 ul
• suspensi kuman ke dalam masing-masing lubang. Diinkubasi pada suhu 37oC, anaerob, selama 48 jam 16-17.
• Percobaan diulang sebanyak 3 kali. Konsentrasi Hambat Minimal ditentukan dengan melihat kekeruhan.
• 3. Hasil dan Pembahasan
• Hasil ekstrak yang diperoleh berbentuk suspensi di dalam air. Tidak larut dalam etanol, heksan dan dapar, hingga tidak
• dapat disterilkan dengan membrane filter. Pemekatan akhir dari ekstrak dilakukan secara aseptis. Ternyata setelah diuji
• sterilitasnya hasilnya steril.
• Penentuan Konsentrasi Hambat Minimal dilakukan terhadap kristal dan ekstrak siwak. Metode yang dipilih adalah
• metode dilusi. Baik untuk uji bakteri anaerob.
• Pengenceran ekstrak mulai dari konsentrasi 50% (0.5 g/ml) sampai konsentrasi 0.753% (7.53 mg/ml). Ekstrak yang
• diperoleh dalam bentuk suspensi sulit dalam pengamatan. Dibuat pembanding dengan mencampur suspensi (10ul) pada
• medium padat. Hasilnya, KHM ekstrak siwak terhadap S. mutans 6.25% (62.5 mg/ml). KHM ekstrak siwak terhadap
• B. melaninogenicus, 1.56% (15.6 mg/ml).
• Pada kristal warna larutan bening, mudah diamati. Pengujian KHM kristal mulai konsentrasi 25% (0.25g/ml) sampai
• konsentrasi 0.753% (7.53 mg/ml). KHM kristal siwak terhadap S. mutans 12.5% (125 mg/ml). KHM kristal siwak
• terhadap B. melaninogenicus 3.125% (31.25 mg/ml).
• Gambar 1. Kayu siwak (Salvadora persica)
• sebelum diekstraksi.
• 40
• MAKARA, KESEHATAN, VOL. 8, NO. 2, DESEMBER 2004: 37-40
• Gambar 2. Uji antibakteri ekstrak siwak terhadap S.
• mutans KHM pada tabung 4, 62.5
• mg/ml 6.25%). Pertumbuhan tampak
• pada konsentrasi 31.25 mg/ml (3.125%)
• Gambar 3. Hasil perbandingan KHM ekstrak
• siwak terhadap S. mutans ke
• medium
• Tabel 1. Konsentrasi Hambat Minimal Salvadora persica L. terhadap S. mutans
• No Konsentrasi
• (%)
• KHM Salvadora
• persica
• Ekstrak Kristal
• 1 50 -
• 2 25 - -
• 3 12.5 - -
• 4 6.25 - +
• 5 3.125 + +
• 6 1.563 + +
• 7 0.753 + +
• 8 0 + +
• Keterangan: + berarti ada pertumbuhan
• 􀀭 tak ada pertumbuhan
• 41
• MAKARA, KESEHATAN, VOL. 8, NO. 2, DESEMBER 2004: 37-40
• Gambar 4. Uji antibakteri kristal siwak terhadap S. mutans dengan mikrodilusi. Hasil KHM pada sumur ke-2
• (125 mg/ml)
• Gambar 5. Uji antibakteri kristal siwak terhadap B.
• melaninogenicus dengan mikrodilusi.
• Hasil KHM pada sumur ke-4 (31,25
• mg/ml)
• Tabel 2. Konsentrasi Hambat Minimal kristal Salvadora persica L. terhadap B. melaninogenicus
• No Konsentrasi
• (%)
• KHM Salvadora
• persica
• Ekstrak Kristal
• 1 50 -
• 2 25 - -
• 3 12.5 - -
• 4 6.25 - -
• 5 3.125 - +
• 6 1.563 - +
• 7 0.753 + +
• 8 0 + +
• Keterangan : + = terjadi pertumbuhan bakteri
• - = tidak terjadi pertumbuhan bakteri
• Ada perbedaan KHM antara ekstrak siwak dan kristal siwak. Ekstrak mempunyai daya antibakteri lebih tinggi daripada
• kristal. Daya antibakteri ekstrak dan kristal Salvadora persica lebih baik terhadap B. elaninogenicus dari pada daya
• hambat pertumbuhan terhadap S. mutans. Kesimpulan kandungan arak secara keseluruhan lebih baik daripada sebagian.
• 42
• MAKARA, KESEHATAN, VOL. 8, NO. 2, DESEMBER 2004: 37-40
• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Salvadora persica. Kandungan bahan aktif siwak. Diperlukan
• sosialisasi siwak kepada masyarakat sebagai pembersih gigi. Siwak tidak hanya membersihkan gigi, juga memiliki daya
• antibakteri terhadap beberapa bakteri penyebab penyakit gigi.
• Daftar Acuan
• 1. Dunning JM. Principle of Dental Public Health. 2nd ed. Massachussetts: Harvard University Press, 1975: 40.
• 2. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Materia Medika Indonesia. Ed. 1. Jakarta: Departemen
• Kesehatan, 1969: 513-540.
• 3. Hoowink B, et. al. Ilmu kedokteran Gigi Pencegahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993: 275-76.
• 4. Shulman, et. al. The Biological and Clinical Basis of Infectious Disease. 5th ed. Philadelphia: W.B.Saunders
• Company, 1992: 110-116.
• 5. American Academy of Periodontology. The Think of Oral Health and Another Health. http://www.perio.org
• 6. World Health Organization. Recent Advances in Oral Health. Geneva: WHO Technical, 1992: 2-13. Report No.
• 826.
• 7. Bratthall D. Prevention of Dental Caries. Department of Cariology, Malmo University, Faculty of Odontology.
• http://www.db.od.mah.se/car/carhome.html.
• 8. Kennedy D. Fluoridation: A 50 year old blunder and cover up. A reference review of the fluoridation issue.
• Preventive Dental Health Prevention, 1995-1998.
• 9. Saudi Arabia Culture. Miswak-the Natural Toothbrush. http://www.users.globalnet.co.uk/~chern/
• saudi/miswak.html.
• 10. Al Khair Creative Quality Ware. Miswak–Traditional Natural Toothbrush. http://www.Pakistanbiz.com/
• alkhair/miswak.htm-7k.
• 11. Anonim. Taxonomic Subtree. Rooted by Tax ID 4325, Salvadora. http://www.Dkf2-Heidelberg.
• Det/tbi/services/taxon/gettaxon?taxid 4324,4325-8k.
• 12. Orland FDJ. Microbiology in Clinical Dentistry. Massachussetts: John Wright Inc, 1982; 13: 153-155.
• 13. Sonnerwirth, Jarret. Gradwohl’s Clinical Laboratory Methods and Diagnosis. St. Louis: The CV Mosby Company,
• 1980; 2: 1924-1935.
• 14. Lannete EH, et.al. Manual of Clinical Microbiology. 4th ed. Washington D.C: American Society for Microbiology,
• 1995: 450-459, 972-976.
• 15. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1986:
• 5-6, 8-27.
• 16. Lorian V. Antibiotics in Laboratory Medicine. 4th ed. Baltimore: William and Wilkins, 1996: 112-126.
• 17. NCCLS Document M7-A2. Methods for Dilution Antimicrobial Susceptibility Test for Bacteria that Grow
• Anaerobically. 2nd ed. 1: No. 8.

History Of Siwak

Sejak zaman dahulu, manusia telah mengenal beberapa variasi teknik dalam membersihkan gigi. Mulai dari bulu ayam, duri landak, tulang hingga kayu dan ranting-ranting digunakan sebagai alat pembersih gigi. Siwak atau Miswak (Chewing Stick) telah digunakan oleh orang Babilonia semenjak 7000 tahun yang lalu, yang mana kemudian digunakan pula di zaman kerajaan Yunani dan Romawi, oleh orang-orang Yahudi, Mesir dan masyarakat kerajaan Islam. Siwak memiliki nama-nama lain di setiap komunitas, seperti misalnya di Timur Tengah disebut dengan miswak, siwak atau arak, di Tanzania disebut miswak, dan di Pakistan dan India disebut dengan datan atau miswak. Penggunaan chewing stick (kayu kunyah) berasal dari tanaman yang berbeda beda pada setiap negeri. Di Timur Tengah, sumber utama yang sering digunakan adalah pohon Arak (Salvadora persica), di Afrika Barat yang digunakan adalah pohon limun (Citrus aurantifolia) dan pohon jeruk (Citrus sinesis). Akar tanaman Senna (Cassiva vinea) digunakan oleh orang Amerika berkulit hitam, Laburnum Afrika (Cassia sieberianba) digunakan di Sierre Leone serta Neem (Azadirachta indica) digunakan secara meluas di benua India.

Masyarakat arab sebelum kedatangan islam, menggunakan akar dan ranting kayu dari pohon arak (Salvadora persica) yang hanya dapat tumbuh di daerah asia tengah dan afrika, yang belakangan diketahui sebagai alat pembersih gigi terbaik hingga saat ini. Setelah kedatangan islam, RasuluLlah menetapkan penggunaan siwak (chewing stick) sebagai sunnah beliau yang sangat dianjurkan. Hal ini menunjukkan bahwa RasuluLlah adalah orang pertama yang mendidik manusia dalam memelihara kesehatan gigi. Rasulullah memandang kesehatan dan kebersihan mulut adalah penting, sehingga beliau senantiasa menganjurkan pada isterinya untuk selalu menyiapkan siwak untuknya hingga akhir hayatnya.

Abu Sa'id berkata tentang Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , "Beliau menggosok
gigi."

Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Seandainya tidak akan memberatkan umatku atau manusia, niscaya kuperintahkan mereka memakai siwak (menggosok gigi) pada setiap kali hendak melakukan shalat."

Anas berkata, "Rasulullah bersabda, 'Aku banyak berpesan kepadamu supaya bersiwak.' "

Siwak terus digunakan hampir di seluruh bagian Timur Tengah, Pakistan, Nepal, India, Afrika dan Malaysia, khususnya di daerah pedalaman. Sebagian besar mereka menggunakannya karena faktor religi, budaya dan sosial. Ummat Islam di Timur Tengah dan sekitarnya menggunakan siwak minimal 5 kali sehari disamping juga mereka menggunakan sikat gigi biasa. Penelitian yang dilakukan
oleh Erwin dan Lewis (1989) menyatakan bahwa pengguna siwak memiliki relativitas yang rendah dijangkiti kerusakan dan penyakit gigi meskipun mereka mengkonsumsi bahan makanan yang kaya akan karbohidrat.


Morfologi dan Habitat Tanaman Siwak

Siwak atau miswak berbentuk batang, diambil dari akar dan ranting segar tanaman arak (Salvadora persica) yang kebanyakan tumbuh di daerah Timur Tengah, Asia dan Afrika dan berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon Arak adalah pohon yang kecil, seperti belukar dengan batang yang bercabang-cabang, diameternya lebih dari 1 kaki, jika kulitnya dikelupas warnanya agak keputihan dan memiliki banyak juntaian serat. Akarnya berwarna coklat dan bagian dalamnya berwarna putih, aromanya seperti seledri dan rasanya agak sedikit pedas.

Siwak berfungsi mengikis dan membersihkan bagian dalam mulut. Kata siwak diambil dari kata arab 'yudlik' yang artinya adalah 'memijat' (yakni memijat bagian dalam mulut). Jadi siwak lebih dari hanya sekedar sikat gigi biasa. Selain itu, batang siwak memiliki serat batang yang elastis dan tidak merusak gigi walau dibawah tekanan yang keras, bahkan batang siwak yang berdiameter kecil, memiliki kemampuan fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke daerah mulut secara pas untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan dari sela-sela gigi dan menghilangkan plaque. Siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan gusi.


Pohon Salvadora persica

Klasifikasi tanaman Salvadora persica menurut Tjitrosoepomo (1998) adalah sebagai berikut :

Divisio : Embryophyta
Sub Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledons
Sub Class : Eudicotiledons
Ordo : Brassicales
Family : Salvadoraceae
Genus : Salvadora
Spesies : Salvadora persica
Gambar 2.1. Pohon Salvadora persica
(Sumber : Alsirhan, 2002)


Kandungan Kimia Batang Kayu Siwak

Hasil penelitian oleh Al-Lafi dan Ababneh (1995) terhadap kayu siwak menunjukkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh bakteri, menghilangkan plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, seperti :

- Antibacterial acids, seperti astringents, abrasive dan detergents yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan pada gusi. Pada penggunaan siwak pertama kali, mungkin terasa pedas dan sedikit membakar, karena terdapat
kandungan serupa mustard di dalamnya yang merupakan substansi antibacterial acids tersebut.

- Kandungan kimia seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluoride, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimethyl amine, Salvadorine, Tannins dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.

- Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, menjadikan mulut menjadi harum dan menghilangkan bau tak sedap.

- Enzim yang mencegah pembentukan plaque yang menyebabkan radang gusi. Plaque juga merupakan penyebab utama tanggalnya gigi secara premature.

- Anti decay agent (Zat anti pembusukan), yang menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah proses pembusukan. Selain itu siwak juga turut merangsang produksi saliva (air liur) lebih, dimana saliva merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.

Menurut laporan Lewis (1982), penelitian kimiawi terhadap tanaman ini telah dilakukan semenjak abad ke-19, dan ditemukan sejumlah besar klorida, fluor, trimetilamin dan resin. Kemudian dari hasil penelitian Farooqi dan Srivastava (1990) ditemukan silika, sulfur dan vitamin C. Kandungan kimia tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan gigi dan mulut dimana trimetilamin dan vitamin C membantu penyembuhan dan perbaikan jaringan gusi. Klorida bermanfaat untuk menghilangkan noda pada gigi, sedangkan silika dapat bereaksi sebagai penggosok. Kemudian keberadaan sulfur dikenal dengan rasa hangat dan baunya yang khas, adapun fluorida berguna bagi kesehatan gigi sebagai pencegah terjadinya karies dengan memperkuat lapisan email dan mengurangi larutnya terhadap asam yang dihasilkan oleh bakteri.

Sebuah penelitian terbaru tentang 'Periodontal Treatment' (Perawatan gigi secara periodik/berkala) dengan mengambil sample terhadap 480 orang dewasa berusia 35-65 tahun di kota Makkah dan Jeddah oleh para ilmuwan dari King Abdul Aziz University, Jeddah, menunjukkan bahwa Periodontal treatement untuk masyarakat Makkah dan Jeddah adalah lebih rendah daripada studi yang dilakukan terhadap negara-negara lain, hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan siwak berhubungan sangat erat terhadap rendahnya kebutuhan masyarakat Makkah dan Jeddah terhadap 'Periodontal Treatment'.

Penelitian lain dengan menjadikan bubuk siwak sebagai bahan tambahan pada pasta gigi dibandingkan dengan penggunaan pasta gigi tanpa campuran bubuk siwak menunjukkan bahwa prosentase hasil terbaik bagi kebersihan gigi secara sempurna adalah pasta gigi dengan butiran-butiran bubuk siwak, karena butiran-butioran tersebut mampu menjangkau sela-sela gigi secara sempurna dan mengeluarkan sisa-sisa makanan yang masih bersarang pada sela-sela gigi. Sehingga banyak perusahaan-perusahaan di dunia menyertakan bubuk siwak ke dalam produk pasta gigi mereka. WHO pun turut menjadikan siwak termasuk komoditas kesehatan yang perlu dipelihara dan dibudidayakan

Hadits Tentang Siwak

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, ‘Kalau tidak karena memberatkan umatku, tentu aku memerintahkan mereka bersiwak setiap kali hendak sholat.”

Di antara kesempurnaan nasehat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, kecintaan beliau terhadap umatnya dan keinginan beliau agar mereka menghampiri setiap pintu kebaikan, yang manfaatnya juga kembali kepada mereka sendiri sehingga mereka mendapatkan kebahagiaan yang sempurna, ialah perintah beliau untuk bersiwak.
Karena beliau mengetahui banyaknya manfaat bersiwak yang manfaatnya dirasakan di dunia dan di akhirat, maka hampir saja beliau mewajibkan setiap kali hendak sholat. Tetapi karena kesempurnaan kasih sayang beliau terhadap mereka, maka beliau menjadi khawatir sendiri sekiranya Allah benar-benar mewajibkanya terhadap mereka yang membuat mereka tidak mampu mengerjakanya.

Kesimpulan Hadits :
1. Anjuran siwak dan keutamaanya, yang hampir mencapai derajat wajib dalam hal pahalanya.
2. penegasan pensyariatan siwak ketika hendak sholat.
3. keutamaan wudhu dan sholat yang disertai dengan siwak sebelumnya.
4. tidak ada yang mencegah kewajiban siwak melainkan karena takut akan memberatkan pelaksanaanya.
5. kesempurnaan kasih sayang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam terhadap umatnya dan kekhawatiran beliau terhadap mereka.
6. syariat itu mudah dan tidak sulit serta tidak ada yang berat di dalamnya.
7. mengenyahkan kerusakan harus di prioritaskan daripada mendatangkan kemaslahatan.

Ini merupakan kaidah umum yang amat bermanfaat. Pembawa syariat yang bijaksana tidak mewajibkan siwak terhadap umat, meski didalamnya mengandung kemaslahatan yang besar, karena khawatir Allah akan mewajibkanya terhadap mereka, namun kemudian mereka tidak sanggup mengerjakanya, sehingga merekapun mendapat dosa karena meninggalkan yang wajib itu.